RUMAH MANDIRI DAN TANGIS BAHAGIA (OLI MILLA)

WAIBAKUL – Berbalutkan sarung berwana biru motif khas sumba dan mengenakan kebaya berwarna hijau, raut wajah salah seorang Ibu paruh baya seketika berubah menjadi tangisan. Tangisannya merupakan sebuah tangis kebahagiaan, ia nampak larut dalam keharuan sembari menutup wajah dan mengusap matanya yang berlinang air mata, tatkala melihat kedua pemimpin di Sumba Tengah yaitu Bupati Paulus S. K. Limu dan Wakilnya Daniel Landa datang menghampiri dan mengunjungi dirinya di dalam rumahnya. Senin (10/8/2020).

“Saya senang dan merasa bersyukur sekali kepada Tuhan Yesus karena mendapatkan berkat dari bapak Bupati dan Wakil Bupati, Saya dapat satu rumah tembok dan lantai keramik,” sebut Ibu Wilhelmina Aqoria, wanita asal Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) yang sudah menetap di desa Dasa Elu, Kecamatan Katikutana Selatan, Kabupaten Sumba Tengah sejak tahun 2002 hingga sekarang.

Janda enam orang anak dengan tiga orang cucu ini memilih untuk menjadi warga negara Indonesia pasca jajak pendapat di Timor Leste pada tahun 1999 silam. Ia bersama puluhan kepala keluarga lainnya dikirim oleh otoritas Timor Timur ketika itu untuk diungsikan di Kabupaten Sumba Tengah.

Sejak tahun 2002 selama 18 tahun lamanya, Wilhelmina Aqoria bersama enam orang anaknya dan saat ini sudah mempunyai tiga orang cucu bertahan hidup dalam keterbatasan di desa Dasa Elu.
Keluarga Ibu Wilhelmina harus banting tulang bekerja keras tanpa lelah untuk membiayai makan dan minum anak-anak dan cucunya serta kebutuhan hidup lainnya.

Ibu Wilhelmina beserta anggota keluarganya bertahan hidup dalam sebuah rumah sederhana berdinding anyaman gedek serta beratapkan seng bekas selama bertahun-tahun.

Mimpinya untuk membangun sebuah rumah permanen tidak pernah terlintas dalam benak Wilhelmina Aqoria, karena biaya untuk makan dan minum bagi seisi keluarga saja sangat sulit baginya.

Wilhelmina dan sejumlah “Oli Milla” (masyarakat kurang mampu) desa Dasa Elu lainnya seakan tak menyangka bakalan mendapat program Rumah Mandiri yang digagas oleh Bupati Paulus S.K. Limu dan Wakilnya Daniel Landa.

Kebahagiaan yang dialami Ibu Wilhelmina juga turut dialami oleh Filomino Dos Santos sekeluarga, Marten Nale, Melkianus Lende, Mariana Dapataka, dan Marthen Nono serta sejumlah warga desa Dasa Elu lainnya.

“Kami bersyukur pada Tuhan telah dibantu oleh Pak Bupati dan Wakil Bupati memberikan kami rumah besar ini untuk kami bisa tinggal di dalam. Kalau kami sendiri tidak sanggup bangun rumah tembok dan lantai keramik seperti ini karena kami masyarakat kecil.
Kami berdoa supaya bapak Bupati, bapak Wakil Bupati, bapak Camat dan bapak Kepala Desa tetap sehat dan selalu diberkati Tuhan,” sebut Melkianus Lende, pria asal Tanarighu, Kabupaten Sumba Barat yang memilih menetap di Kabupaten Sumba Tengah itu.

Program Rumah Mandiri merupakan salah satu dari sejumlah program unggulan yang dikemas dalam semboyan Pro Oli Milla yang merupakan program prioritas bagi masyarakat kurang mampu di Sumba Tengah.

Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu yang ditemui di desa Dasa Elu ketika menyerahkan kunci rumah mandiri bagi 10 kepala keluarga penerima bantuan program Rumah Mandiri menyebutkan, sejak tahun 2019, Pemda Sumba Tengah telah membangun Rumah Mandiri sebanyak 1.216 unit rumah yang tersebar di seluruh Sumba Tengah,” sebut Bupati Paulus.

Mantan Inspektur Provinsi NTT itu mengatakan, pada tahun 2020 ini, melalui APBD II Kabupaten Sumba Tengah telah dibangun 325 unit rumah mandiri, sedangkan yang bersumber dari Dana Desa belum rampung direkap jumlah keseluruhan di 65 desa.

“Saat ini masih dalam proses pembangunan rata-rata tiap desa, jumlah yang dibangun dengan sumber uang dari dana desa lebih dari 5 (lima) unit setiap desa. Tahun ini kita juga dapat alokasi dari DAK untuk pembangunan 112 unit rumah mandiri setelah melihat keberhasilan pada tahun lalu,” ujar Bupati Paulus.

Dikatakannya, program rumah mandiri ini akan terus berlanjut setiap tahun selama ia menjabat Bupati Sumba Tengah bersama Wakilnya Daniel Landa. “Juga program-program Pro Oli Milla lainnya akan terus berkesinambungan masa selama kepemimpinan kami,” ujarnya.

“Kita harus berusaha menyediakan yang terbaik bukan menerima yang terbaik, karena itu marilah kita terus menenun dan merajut rumah mandiri dengan kerendahan hati demi kemuliaan Allah.” Tutup Bupati Paulus.

(Humas Setda Sumba Tengah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *