Golden Hour di Loku Jangi: Saat Langit Bicara Lewat Warna

SumbaTengah— Ada yang berbeda saat matahari mulai tenggelam di Loku Jangi. Di sudut kecil Sumba Tengah ini, golden hour bukan sekadar waktu, tapi jadi momen yang terasa punya suara sendiri, meski tanpa kata.

Beberapa warga dan pengunjung setempat sering menyebutnya sebagai waktu yang “hits different.” Ketika langit berubah perlahan dari biru cerah ke oranye hangat, lalu ke ungu samar, suasana di Loku Jangi seolah memeluk siapa pun yang duduk di sana.

“Kadang kita cuma butuh duduk sebentar, liat langit berubah warna, dan bilang pelan-pelan: ‘I needed this,'” ucap Yuliana, salah satu warga desa, sambil tersenyum kecil. Baginya, momen seperti ini jadi obat penat setelah rutinitas harian.

Loku Jangi memang dikenal sebagai spot alam yang masih asri. Hamparan savana, barisan perbukitan, dan cakrawala tanpa batas membuat suasana senja di sini lebih dari sekadar pemandangan — ia jadi perasaan.

Banyak pengunjung sengaja datang hanya untuk menyaksikan golden hour, membawa termos kopi, atau sekadar duduk duduk, menunggu langit menampilkan pertunjukan warnanya. Beberapa anak muda bahkan menjadikan Loku Jangi sebagai tempat healing favorit mereka.

“Di sini, sunset bukan sekadar sunset. Dia kasih ruang buat kita berhenti sebentar, tarik napas panjang, dan sadar kalau ternyata kita butuh momen ini,” tambah Dodi, pemuda asal Waikabubak.

Buat siapa pun yang mungkin merasa berat menjalani hari, Loku Jangi selalu punya cara sederhana untuk menyembuhkan — lewat langit, warna, dan ketenangan.

Disparbud

Mungkin Anda juga menyukai